Ini adalah cerpen yang aku kirim untuk lomba E-Love Writing Contest oleh nulisbuku.com. Walaupun ga menang tapi tetep seneng karena cerpen ini dipublish 🙂 Berikut kilasan ceritanya 🙂

Nama             : Skid

Status             : (sayangnya) single

Obsesi            : editor, artis

Arya mencoret kata (sayangnya) di depan kata single yang diketiknya. Kesannya terlalu tragis, walaupun sebenarnya memang iya sih. Selang beberapa detik kemudian, Arya juga menghapus kata single yang diketiknya. Biarlah orang-orang menebak apa statusnya (sebenarnya sih karena nggak pingin dicap jomblongenes). Skid adalah nama samaran yang dia pilih agar terkesan misterius. Arti namanya? Jangan tanya deh.

Nama Skid sudah terkenal di dunia maya, salah satunya melalui blog yang dia tulis. Skid suka menuliskan fakta-fakta lucu tentang kehidupan dan juga memberikan tips dan trik yang konyol. Dia juga sering menceritakan ulang isu-isu yang sedang hangat lewat cerita lawak yang segar. Tak heran banyak orang yang suka membaca blognya.

Selain terkenal sebagai blogger, Skid juga terkenal di berbagai jejaring sosial seperti twitter dan facebook. Followernya di twitter sudah mencapai ratusan ribu orang. Jadi sebenarnya obsesi Arya menjadi artis sudah tercapai, walaupun cuma di dunia maya sih.

Arya kembali meneruskan memperbarui profil blognya ketika sebuah suara keras membahana di belakangnya,

“Gila lo Ya, tweet lo jadi trending topic lagi.”

Obid, sahabat Arya, tampak berdiri di belakang Arya. Wajahnya yang bulat tampak berkeringat dan matanya berseri-seri seperti anak kecil yang baru saja mendapat kado mainan impiannya. Arya buru-buru menutup mulut Obid sebelum dia sempat bersuara lagi.

“Ssssttt…jangan keras-keras dong. Kalau orang-orang tahu siapa Skid sebenarnya, bisa jatuh reputasi gue.”

Obid menggumamkan sesuatu seperti hendak menyanggah tapi tangan Arya menghalangi suaranya keluar. Arya membuka sedikit tangannya agar bisa mendengar apa yang digumamkan sahabatnya.

“Pantes aja lo single terus.” gumam Obid, menohok hati Arya.

“Sial”, batin Arya. Statusnya yang single selalu menjadi kelemahannya tiap berdebat dengan Obid. Walaupun bertubuh gemuk dan jarang mandi, Obid mempunyai pacar super cantik yang dulunya primadona kampus (cerita tetangga sebelah). Sedangkan Arya, walaupun ga bisa dibilang ganteng tapi juga nggak jelek-jelek amat, dari jaman kuliah sampai udah kerja sekarang belum juga punya pacar.

Di sela-sela ratapan hatinya (lebay dikit), Arya mendengar napas Obid terengah-engah. Dia cepat-cepat melepaskan tangannya sebelumnya sahabatnya itu kehabisan napas.

Obid nyengir lebar seakan bisa membaca semua pikiran Arya tadi. Arya cuma bisa cemberut sambil kembali menghadap laptopnya.

“Gue punya ide bagus biar lo bisa dapet cewek.” ujar Obid tiba-tiba.

Secara reflek, Arya menoleh penasaran (kelihatan banget kalau pingin dapet pacar), “Emang ide lo apa?”

“Ada deh. Pokoknya serahin aja ke gue.”kata Obid sambil menepuk dadanya.

Arya melengos, lalu beranjak berdiri, “Gue ke belakang bentar ya. Titip laptop.”

Arya buru-buru pergi ke toilet terdekat dan meninggalkan laptopnya bersama Obid.

10 menit kemudian, Arya kembali dan melihat laptopnya sudah mati.

“Kok mati, Bid?” tanya Arya.

Obid mengangkat bahu, “Batere lo abis. Eh, udahan dulu ya. Gue belum makan siang nih.”

Obid seperti buru-buru pergi dan meninggalkan Arya yang kesal setengah mati karena tadi dia belum sempat menyimpan perubahan profilnya.

***

“Obid sialaaannnnn!!!!”

Suara Arya memecah kesunyian malam. Dia baru saja membuka blognya lagi semenjak siang tadi. Dan ternyata selama dia ke kamar mandi tadi siang, Obid sudah melakukan sesuatu di blognya.

Dengan menggunakan akunnya, Obid menulis sebuah sayembara:

Untuk kalian para perempuan cantik…

Buatlah sebuah cerpen dengan tema cerita apa saja dan kirim ke emailku. Aku akan memberitahukan identitasku dan juga bertemu langsung dengan penulis cerita terbaik. Waktu kalian dimulai dari sekarang hingga nanti pukul 00:00.

Arya melirik jam dindingnya. Sekarang masih pukul 19:11, tapi emailnya sudah dibanjiri puluhan kiriman cerpen. Kemudian Arya menelepon Obid. Kata-kata pertama yang keluar dari mulutnya tentu saja adalah sumpah serapah.

“#$$^^#@$^*%#$@!!$^. Maksud lo apa nulis kayak ginian?” raung Arya di telepon.

Suara Obid di seberang terdengar tenang, “Ini ide yang gue bilang tadi, supaya lo cepet dapet cewek.”

Arya bahkan bisa melihat kalau Obid sedang nyengir lebar di seberang sana. Hal ini semakin membuatnya kalap, “Gue ga bilang gue setuju dan ngapain juga lo seenaknya nulis di blog gue tanpa ijin gue? Pokoknya gue bakal apus tulisan lo tadi.”

Arya sudah siap-siap menghapus tulisan Obid ketika tiba-tiba Obid mengatakan sesuatu yang membuat Arya mati kutu, “Yaaa….nggak apa-apa sih kalo mau lo apus. Tapi siap-siap aja ya dicap pendusta ama penggemar lo.”

Obid tertawa keras. Arya menutup telepon setelah sebelumnya sempat mengeluarkan sumpah serapah lagi. Tapi dia sadar bahwa kata-kata Obid ada benarnya juga. Penggemarnya pasti kecewa kalau dia tiba-tiba membatalkan sayembara itu, apalagi di emailnya sudah menumpuk cerpen-cerpen kiriman mereka. Tapi di lain pihak dia juga tidak mau memberitahukan identitas Skid pada siapapun (kecuali Obid tentunya). Arya meraung frustasi dan memilih menutup laptopnya dengan kesal.

***

Esoknya ketika bangun tidur, Arya melihat sudah ada ratusan cerpen kiriman yang memenuhi inbox emailnya. Arya menggerutu dan mulai membuka satu per satu cerpen yang dikirimkan kepadanya. Menginjak cerpen ke-6, Arya mulai bosan. Dari 6 cerpen yang dia baca, hampir semuanya bercerita tentang percintaan remaja yang diakhiri dengan si cewek tidak populer jadian dengan cowok populer dan sebaliknya.

Kemudian Arya membuka email secara acak. Entah sudah berapa cerpen dia baca sampai sampai akhirnya ada satu cerita yang membuatnya tertarik.

Nama pengirim cerpen itu adalah Karin. Dia menceritakan tentang Gita, yang menyukai seorang cowok berpacar, Rendy. Walaupun Rendy juga menyukai Gita tapi dia tidak tega meninggalkan pacarnya untuk Gita. Hingga akhirnya Gita mengalah dan menerima cinta cowok lain, Eddy. Beberapa tahun kemudian, Rendy kembali datang di kehidupan Gita. Tapi Gita tidak tega meninggalkan Eddy dan memutuskan tetap menikah dengan Eddy walaupun saat itu Rendy sudah putus dengan pacarnya.

Arya selalu sebal dengan cerita yang tidak happy ending tapi walaupun begitu, cerita Karin menarik perhatiannya. Karin begitu pintar menggambarkan perasaan menyakitkan yang dirasakan Gita karena harus dua kali melepas orang yang dicintainya. Arya dibuat hanyut oleh perasaan Gita sehingga hatinya ikut merasa perih. Terlepas dari endingnya, Arya langsung menyukai cerpen Karin.

Di sudut atas cerpennya, Karin mencamtumkan alamat IM (instant messaging)-nya. Setelah ragu-ragu sejenak, Arya mengambil hp-nya dan memulai chat dengan IM Karin.

Blackthorn218    : Hai Karin, ini Skid 🙂

2 menit kemudian…

Kreen                   : Skid?

Kreen                   : Wow, aku kaget skl

Blackthorn218    : Cerpenmu bgs skl 🙂

Kreen                   : makasih 🙂

Blackthorn218    : tp menyakitkan jg sih

Blackthorn218    : pdhl mrk slg mencintai

Blackthorn218    : tp ga bs bersatu krn ga ingin menyakiti

Kreen                   : iya, krn mrk berdua org yg baik 🙂

Blackthorn218    : 🙂

Blackthorn218    : sdh dl ya

Blackthorn218    : aku hrs brgkt kerja

Blackthorn218    : kita lnjtkan nanti ya 😉

Kreen                   : ok

Kreen                   : met kerja ya J

Arya terdiam sejenak, lalu melanjutkan…

Blackthorn218    : btw, namaku Arya

Kreen                   : namaku Karin

Kreen                   : salam kenal Arya 🙂

***

Mengobrol dengan Karin ternyata menyenangkan, begitulah pendapat Arya setelah beberapa hari ini chat dengan Karin. Hal yang paling sering mereka omongkan adalah tentang buku. Selain suka menulis cerpen, Karin suka mengoleksi banyak novel seperti dirinya.

Semakin lama Arya semakin penasaran dengan sosok Karin sebenarnya. Tapi setiap diajak bertemu, Karin selalu tidak mau. Seperti juga hari ini.

Blackthorn218    : Hai

Blackthorn218    : Aku emg ga cakep sih

Blackthorn218    : Tp aku jg ga jelek2 amat kok 😀

Blackthorn218    : Jd ga perlu takut kalo ketemu

Kreen                   : Bkn itu

Kreen                   : Aku cuma ga mau km kecewa

Kreen                   : Aku ga sprt yg km bayangkan

Blackthorn218    : don’t judge me like that

Kreen                   : maaf

Kreen                   : tp aku bnr2 ga bs

Setelah itu Karin langsung meninggalkan percakapan.

Tapi bukan Arya namanya kalau menyerah semudah itu. Beberapa hari ini Arya giat mencari informasi di internet tentang Karin. Sayangnya, email Karin tidak terdaftar di situs manapun, bahkan di jejaring sosial Facebook. Karin seakan tidak ingin orang tahu dia ada. Pencarian dengan nama juga tidak terlalu berhasil karena Karin tidak pernah mau memberitahu nama lengkapnya.

Akhirnya Arya meminta bantuan sahabatnya, Obid, yang tidak hanya mempunyai banyak koneksi di dunia maya tapi juga di dunia nyata.

“Tolong ya, Bid.”kata Arya melalui telepon.

“Siap bro. Ntar gw kabarin.”sahut Obid.

***

Beberapa hari kemudian, Obid tampak menghampiri Arya di kantin kantor. Raut wajahnya tidak ceria sepertinya biasanya, padahal tadi malam dia bilang dia sudah berhasil menemukan Karin.

“So??”tagih Arya.

Obid mengulurkan kertas yang dari tadi digenggamnya tapi setelah beberapa saat, dia mengurungkan niatnya dan menarik kembali kertasnya.

“Lho, kenapa?”tanya Arya bingung.

Obid tampak ragu-ragu sejenak, lalu berkata, “Gw takut lo kecewa aja Ya.”

Kata-kata yang sama seperti yang selalu Karin katakan.

“Emang ada apa sih dengan Karin?” Arya penasaran sekaligus kesal karena tidak tahu apa-apa.

Obid tidak berkata apa-apa. Tanpa menunggu jawaban Obid, Arya merebut kertas yang digenggam Obid dan berlalu pergi.

Pulang kerja, Arya langsung mencari alamat yang dituliskan Obid di kertas. Ternyata itu adalah alamat perumahan elit. Rumah Karin mudah dikenali dibandingkan dengan yang lain karena bercat hijau muda. Di depan rumah, tampak seorang satpam sedang asyik menyeruput kopinya. Dia mendongak curiga ketika melihat Arya mendekat.

“Cari sapa ya?”tanya satpam itu.

“Maaf, apa benar ini rumah Karin?”Arya balik bertanya.

Mata satpam itu semakin menyipit curiga, “Emang situ sapanya Non Karin?”

“Saya teman dekatnya.”jawab Arya mantap.

Satpam itu menatap Arya dari atas ke bawah, lalu bertanya, “Nama?”

“Arya.”jawab Arya.

“Sebentar, saya tanya nyonya dulu.”

Satpam itu mengambil hp-nya dan menelepon seseorang. Beberapa kali nama Arya disebut dalam percakapan itu.Beberapa detik kemudian, satpam itu menutup telepon dan memberi isyarat pada Arya untuk mengikutinya.

Arya cepat-cepat mengikuti satpam itu masuk ke dalam rumah. Di teras, Arya disambut oleh seorang wanita cantik. Sepertinya itu ibu Karin.

“Kamu Arya?”tanya wanita itu.

“Benar tante.”jawab Arya gugup.

Wanita itu memperhatikan Arya sejenak, lalu mengajak Arya masuk ke dalam rumah. Ibu Karin bernama Tante Mirna. Tante Mirna mengajak Arya berkeliling rumah sambil bertanya-tanya tentang keseharian Arya. Lalu Tante Mirna banyak bercerita tentang Karin. Ternyata Karin banyak bercerita tentang Arya pada Tante Mirna. Cerita tentang Karin membuat rasa penasaran Arya kembali.

“Maaf tante, Karin-nya dimana ya?”tanya Arya.

Tante Mirna membeku di tempatnya, lalu dia menghela napas. Dia berjalan menuju kamar paling ujung di lantai 2 dan membuka pintunya. Arya melongok ke dalam kamar.

 

To be continued…

 

Mau tahu lanjutannya? Beli dong buku E-Love Story no.14 yang ada cerpenku di dalamnya 🙂 Ini screenshot bukunya: